ALFA

NIO

ALFANIO

 

Pembuatan Kompor Berbahan Bakar Air

Tuesday, January 04, 2011

Sebagai pilihan alternatif di masa krisis bahan bakar pengganti kompor minyak tanah bahkan LPG.

LANDASAN :
·      Minyak tanah yang tidak disubsidi lagi oleh pemerintah. Jadi harga akan diserahkan pada harga pasar internasional. Harganya mungkin sekitar 6000an rupiah.
·      Stok LPG juga terkadang macet.
·      Penggunaan air sebagai bahan bakar jauh lebih murah dan lebih cepat mendidih dari pada minyak tanah (menurut uji coba si pembuat).



Bahan-Bahan untuk Pembuatan Kompor Berbahan Bakar Air
ž  Air
Lebih murni air tersebut semakin baik
Ex.            Air < Aquadest < Demin Water
ž  Listrik
12 Volt 5 Ampere DC
ž  Power Inverter
Converter listrik dari 220 volt AC ke 12 volt DC
ž  Diode (sebagai penganti Power Inverter, untuk menghemat dana)
ž  Botol tahan panas (Thermal Resist)
ž  Kabel Listrik untuk Arus Tinggi
ž  Tabung Pompa
ž  Pompa Manual
ž  Stainless Steel


Estimasi Harga Bahan-Bahan Pembuatan Kompor Berbahan Bakar Air

Nama Item
Harga (Estimasi)
Diode 5 A 220 V
Rp. 20.000,- per buah
Botol Tahan Panas
Rp. 50.000,- per buah
Stainless Steel
Rp. 10.000,-  per bilah
Kabel Listrik
Rp. 5.000,- per meter
Tabung Pompa
Rp. 100.000,- per buah
Kembang Kompor (Nozzle)
Rp. 20.000,- per buah
TOTAL
Rp.205.000,-

















 
Estimasi Harga Kompor Berbahan Bakar LPG

Nama Item
Harga (Estimasi)
Kompor LPG
Rp. 300.000 ,- per buah
Tabung LPG
Rp. 200.000,- per buah
Selang dan Adaptor
Rp. 50.000,- per buah
TOTAL
Rp. 550.000,-

 Estimasi Harga Operasional Kompor Berbahan Bakar Air  (per hari)

Nama Item
Harga (Estimasi)
Air
Rp. 1.000,- per liter
(dianggap untuk mendapatkan air harus membeli)
Listrik
1 hari :
      1 x masak banyak (2 jam)
      5 x masak sedikit (1,5 jam)
TOTAL  = 2,5 jam
Daya dibutuhkan untuk konversi listrik  :
80 W = 0,08KW
1 KWh = Rp. 1.500,-
Untuk biaya operasional :
1.500 x 2,5 x 0,08=
Rp. 300,-
Minyak Tanah
Untuk perbandingan air : minyak tanah adalah 10:1
Rp. 700,-
TOTAL
Rp.2.000,-
 
Estimasi Harga Operasional Kompor Berbahan Bakar LPG (per hari)

Nama Item
Harga (Estimasi)
Gas LPG :
Tabung 15 Kg untuk rumah tangga bisa tahan sampai 20 hari. Harga isi ulang tabung Rp.60.000 (sudah punya tabungnya)
Maka 1 hari mengeluarkan biaya :
60.000
   20
Rp. 3.000,-
TOTAL
Rp.3.000,-



Skema Kerja Kompor
  •  Dengan Power Inverter
 
  •  Dengan Diode

 Skema Kerja Single Ejector


Faktor SWTO (Strenght Weakness Treat Opportunity)

Strenght
Weakness
Treath
Opportunity
Modal ilmu engineering
Sudah pernah ada yang mencoba
(tidak orisinil)
Masih hal yang baru sehingga sulit dipublikasikan
Hal ini bisa menjadi alternatif untuk kebutuhan sehari-hari
Harga air sangat murah
Masih tetap menggunakan minyak tanah
(supaya pipa kapiler tidak cepat berkarat)
Membutuhkan tenaga yang harus cukup terlatih untuk merakit kompor
Hampir semua rumah mempunyai akses untuk mendapatkan air
Daya tahan kompor 1 Liter air untuk 1 hari
(menurut info dari pembuatnya)
Belum pernah melihat secara langsung
Harga lebih mahal dari kompor minyak tanah
Usaha dapat dikembangkan dengan cara menjual aquadest murah sebagai bahan bakar
Modal awal hampir sama dengan kompor LPG
Masih sangat perlu dioptimasikan lagi rancangannya supaya hasil energi yang tercipta lebih efisien (menggunakan minyak tanah jauh lebih sedikit lagi)

Aquadest akan membuat keawetan stainless steel karena air yang kotor (ada mineral-mineral lain) akan menutup permukaan stainless steel
Perawatan cukup mudah




Faktor Tempat dan Lokasi
            Lokasi dalam perancangan wirausaha ini adalah lokasi yang cukup strategis serta tidak perlu tempat yang terlalu luas. Yang terpenting adalah lokasi mudah dalam mobilitasnya, mempunyai gudang penyimpanan, serta ruangan perakitan.
Selengkapnya...

Nitrogen Sebagai Gas Pengisi Pada Ban Kendaraan

Monday, January 03, 2011


Ban adalah komponen penting pada kendaraan. Apapun kendaraannya (mobil, motor, sepeda, angkutan umum, truk, dan sebagainya) tekanan gas (angin) dalam ban perlu diperhatikan agar kinerja (grip/daya cengkram) ban terhadap jalan tetap optimal dan umur pakai ban menjadi lebih panjang. Jika tekanan gas di dalam ban lebih rendah dari yang disarankan, maka bidang yang menapak dan mencengkram jalan tidak merata sehingga bidang tapaknya menjadi lebih sedikit yaitu hanya pada daerah pinggir ban saja.



 
Begitu juga jika tekanannya berlebihan dari yang dianjurkan, maka yang menapak hanya daerah tengah ban saja. Akibat dari kekurangan dan kelebihan tekanan gas tersebut adalah tapak ban akan menipis tidak merata, sering orang menyebut "botak luar, atau botak dalam". Sebaliknya apabila tekanan gas di dalam ban diisi sesuai anjuran, maka bidang tapak ban yang mencengkram jalan menjadi lebih luas dan merata. Untuk keamanan berkendara akan lebih terjamin.

Ban yang habis tidak merata juga bisa disebabkan oleh kerusakan komponen lain seperti Shock Breaker (Shock Absorber), suspensi, pengereman mendadak, kondisi jalan, Posisi kelurusan roda (perlu spooring), Keseimbangan roda (perlu di Balance), dan lain-lain. Setiap ban yang terpasang pada velg perlu dibalance untuk menjaga keseimbangan ban saat berputar.

Gas Pengisi Ban


Ban yang diisi gas (angin) bertekanan tertentu umumnya terdiri dari 21% gas Oksigen dan 78% gas Nitrogen. Dimana campuran gas tersebut didapat dari udara sekitar pompa gas/angin tersebut, atau gas yang kita hirup sehari-hari. Partikel gas Oksigen lebih kecil dibanding gas Nitrogen, sehingga gas Oksigen bisa tiga kali lebih cepat merembes keluar ketimbang gas Nitrogen, melalui celah-celah halus sambungan ban terhadap pelek maupun mekanik sekat/valve pada pentil (ventil).

Secara perlahan tapi pasti, membuat ban mobil akan berkurang tekanan gas nya dan perlu selalu di cek tekanannya, jika kurang segera tambahkan hingga sesuai anjuran pabrik mobil maupun spek ban yang digunakan. Tekanan gas yang kurang membuat berkurangnya keamanan dan kenyamanan, juga membuat BBM boros.

Udara yang bertekanan cenderung bersifat lembab, untuk yang masih menggunakan velg dari bahan besi dapat membantu proses terjadinya karat yang tentunya merusak velg itu sendiri.

Kita dianjurkan untuk melakukan pengecekan tekanan ban pada kondisi ban dingin, ini dikarenakan saat ban digunakan (berkendara), suhu gas dalam ban akan meningkat (panas). Meningkatnya suhu gas tersebut membuat naiknya tekanan gas dalam ban. gas Nitrogen (N2) di klaim memiliki tekanan yang stabil terhadap perubahan suhu kerja ban, sehingga akan aman untuk kendaraan yang sering dipacu kencang (ngebut) maupun mengangkut beban berat.

Ikuti anjuran yang tertera pada panel rekomendasi tekanan ban yang biasanya terpasang pada pilar pintu mobil maupun rangka motor jika menggunakan ban standar, atau ikuti anjuran dari ban yang digunakan jika spesifikasi ban tersebut tidak tertulis dalam panel rekomendasi tekanan ban.

Gas Nitrogen (N2) sebagai Gas Pengisi Ban


Dikarenakan partikel gas Nitrogen (N2) lebih besar dibandingkan Oksigen (O2), maka N2 dapat mencegah terjadinya kebocoran (rembesan) yang menyebabkan berkurangnya tekanan gas (angin) pada ban. Selain itu Nitrogen aman digunakan karena tidak bisa terbakar, tidak berbau, dan merupakan bagian dari gas yang ada di atmosfir yang juga kita hirup sehari-hari.

Untuk membedakan mana ban yang di dalamnya berisi gas biasa dan yang berisi gas N2, umumnya disepakati dengan menggunakan tutup pentil (ventil) berwarna Hijau bertuliskan N2 untuk ban yang diisi gas N2.

Keuntungan Menggunakan N2 sebagai Gas Pengisi Ban


  • Tekanan ban terjaga lebih lama (menjadi lebih jarang mengisi ulang)
  • Daya cengkram dan kinerja ban menjadi optimal (akibat grip yang baik, tekanan yang tidak berkurang)
  • Menghemat BBM (tekanan tepat, meringankan kerja mesin)
  • Memperpanjang umur pakai ban (tekanan tepat, habisnya ban akan merata)
  • Meningkatkan keselamatan (tekanan tepat, grip dan stabilitas terjaga)
  • Tidak terjadi oksidasi pada karet ban (memperpanjang umur elastisitas karet ban)
  • Tidak membantu menimbulkan karat (aman bagi komponen besi)
  • Tekanan ban yang stabil terhadap temperatur ban (mengurangi kecelakaan akibat pecah ban - overpressure)
N2 sendiri sudah digunakan terlebih dahulu di arena balap, pesawat terbang dan kendaraan berat khusus, sebelum diperkenalkan ke publik untuk digunakan di kendaraan sehari-hari mobil maupun motor.

Kelemahan Gas Nitrogen (N2) sebagai Gas Pengisi Ban.

  • Harga yang masih mahal
    Umumnya berkisar sekitar 10ribu hingga 20ribu rupiah untuk setiap ban. Belum lagi ada tambahan biaya apabila sebelumnya gas pengisi ban tersebut bukan N2, karena harus dikuras terlebih dahulu untuk kemudian diisi gas N2. Biaya kuras berkisar sekitar 5ribu - 10ribu rupiah.
    • Perawatan
      Setiap kali ban sudah terisi oleh N2, maka selanjutnya jika tekanan berkurang, sangat disarankan untuk menambahkannya dengan N2 juga.
      • Ketersediaan
        Belum banyak bengkel ban yang menyediakan jasa pengisian N2.
        Selengkapnya...

        Prinsip Dasar Mesin (bag.2) Cara Kerja Mesin 2 Tak

        Mesin 2 langkah atau biasa disebut Mesin 2 Tak, sempat "berkuasa" di jalanan pada zaman dulu (mungkin sekitar tahun 1980an). Mesin ini memiliki perbedaan yang cukup mendasar dibanding dengan mesin 4 tak. Mesin 2 tak membutuhkan tambahan oli yang ikut di bakar di ruang bakar (OLI SAMPING) untuk melumasi pergerakan dari piston.

        Dikarenakan mesin ini membakar oli juga di dalam ruang bakarnya, asap pengeluaran akan sangat pekat "ngebul". Bahkan tidak jarang juga ada yang menyipratkan oli ke luar knalpot. Ada keuntungan dan kerugian dengan menggunakan mesin 2 tak dibanding mesin 4 tak.





        Keuntungan :

        * Secara teoritis untuk volume silinder yang sama daya 2 kali lipat.
        * Konstruksi lebih sederhana sehingga bobot ringan dan harga awal murah.
        * Momen putar lebih uniform.
        * Lebih mudah distarter.


        Kerugian :

        * Bahan bakar boros karena pada saat pembilasan sebagian ikut terbuang .
        * Pembakaran tidak baik karena campuran baru terkontaminasi gas buang .
        * Rasio kompresi kecil sehingga efisiensi termal rendah.
        * Butuh pelumas lebih banyak.
        Selengkapnya...

        Glass Technology

        Selayang Pandang Tentang Kaca

        Kaca adalah materi padat amorf (non kristalin). Kaca (glass) sendiri dalam bahasa Jerman mempunyai arti transparan. Gelas biasanya rapuh, getas, dan sering bersifat optis transparan. Kaca umumnya digunakan untuk jendela, botol, kacamata dan contoh-contoh bahan materi kaca termasuk kaca soda kapur (soda lime glass).



        Tegasnya, kaca didefinisikan sebagai produk anorganik peleburan yang telah didinginkan melalui glass transition untuk keadaan padat tanpa proses pengkristalan. Banyak gelas mengandung silika sebagai komponen utamanya dan glass former. Istilah "kaca", seringkali diperluas ke semua padatan amorf ( dan mencair yang mudah bentuk padatan amorf ), termasuk plastik, resin, atau lain yang bebas silika amorf padat. Kaca memainkan peran penting dalam sains dan industri. Sifat optik dan sifat fisik kaca membuatnya cocok untuk aplikasi seperti kaca datar, wadah dari kaca, optik dan bahan optoelektronik, peralatan laboratorium, termal isolator (glass wool), penguatan serat (plastik yang diperkuat kaca, beton yang diperkuat serat gelas), dan seni.

        SEJARAH KACA


        Kaca semula berasal dari material obsidia yang terbentuk dari lava gunung berapi, dan sebenarnya telah dikenal sejak zaman batu. Menurut salah satu referensi, pembuat kaca pertama adalah bangsa Mesir sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi. Saat itu, kaca digunakan sebagai kemasan barang-barang tembikar dan sejumlah benda lainnya. Pada abad pertama Sebelum Masehi, teknik pembuatannya berkembang dan kaca menjadi lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

        Di zaman Kekaisaran Romawi sebagian besar produk kaca berbentuk botol dan gelas. Kemudian pada abad ke-12 dibuatlah kaca berwarna dengan cara mencampurkan bahan pewarna berupa oksida logam. Kaca jenis ini kurang begitu berkembang karena tidak digunakan secara luas oleh masyarakat. Pada abad ke-14 pusat pembuatan kaca adalah kota Venice yang berada di Italia. Kota inilah yang banyak melahirkan teknik baru, dan akhirnya produk kaca menjadi komoditas penting, seperti piring, cangkir, mangkuk, cermin, dan barang mewah lainnya.

        Kemudian sekitar tahun 1688, proses pengolahan kaca ini menggunakan beberapa cara yang telah dikembangkan, sehingga produk kaca lebih mudah dibuat. Dengan lahirnya mesin pengolah produk kaca pada 1827, produk-produk berbasis kaca bisa dibuat secara massal, harganya pun menjadi lebih murah. Pada pertengahan 1800-an diperkenalkan proses pembuatan kaca mahkota (crown glass process).

        Produksi Kaca


        * Komposisi dan Pembuatan Kaca



        Pasir kuarsa (silika) sebagai bahan baku utama untuk produksi kaca komersial. Silika murni (SiO2) memiliki titik lebur (pada viskositas 10 Pa/s) lebih dari 2.300°C (4.200°F). Silika murni dapat dibuat menjadi kaca untuk aplikasi khusus, namun terdapat zat-zat lain yang ditambahkan ke kaca untuk menyederhanakan proses pada umumnya. Salah satunya adalah natrium karbonat (Na2CO3), yang dapat menurunkan titik leleh sekitar 1.500°C (2.700°F). Namun, soda membuat sodium silikat larut, yang biasanya tidak diinginkan. Jadi, kapur bakar (kalsium oksida (CaO),yang umumnya diperoleh dari batu kapur yang dibakar (CaCO3)), beberapa magnesium oksida (MgO) dan aluminium oksida (Al2O3) ditambahkan untuk menyediakan ketahanan kimia yang lebih baik. Kaca yang dihasilkan mengandung sekitar 70-74% silika dari berat kaca itu sendiri.

        Selain soda dan kapur, bahan tambahan lain pada kaca yang paling umum untuk mengubah sifat-sifatnya. Kristal (crystall) lebih cemerlang karena peningkatan indeks bias yang menyebabkan terlihat lebih "berkilau", sementara boron mungkin ditambahkan untuk mengubah sifat termal dan listrik, seperti Pyrex. Menambah barium juga meningkatkan indeks bias. Thorium oksida membuat kaca memiliki indeks bias yang tinggi dan rendah dispersi, dan pernah digunakan dalam memproduksi lensa berkualitas tinggi, tetapi mengingat radioaktivitas telah digantikan oleh oksida lanthanum maka hal ini jarang digunakan di dunia kacamata modern.

        Dalam jumlah besar, besi digunakan untuk kaca yang menyerap energi inframerah, seperti filter untuk menyerap panas pada proyektor film, sementara cerium (IV) oksida dapat digunakan untuk kaca yang menyerap gelombang UV (merusak biologis radiasi pengion). Dua bahan kaca umum lainnya adalah calumite (suatu produk sampingan dari industri besi) dan "cullet" (kaca daur ulang). Kaca yang didaur ulang menghemat bahan baku dan energi. Namun, kotoran di cullet dapat menyebabkan kegagalan produk dan peralatan. Akhirnya, agen penyempurna kaca seperti natrium sulfat, natrium klorida, atau antimon oksida ditambahkan untuk mengurangi konten gelembung di kaca.

        * Pembuatan Kaca Tiap Zaman


        Cara blow down merupakan cara tradisional yang pertama yang ada untuk membentuk kaca. Namun zaman berkembang sehingga teknik ini mulai sedikit ditinggalkan. Cara yang umum sekarang adalah membuat campuran kaca yaitu SiO2 (pasir kuarsa), NaCO3 (natrium karbonat), CaO (kalsium oksida), dan tambahan-tambahan lain di lebur dalam tanur lalu dicetak. Hal seperti ini akan lebih cepat dan hasilnya lebih seragam kerapihannya.

        Untuk memperkuat struktur kristal pada kaca biasanya digunakan teknik melapisi kaca dengan polimer tertentu. Teknik ini biasa dikenal dengan teknik laminasi. Teknik ini untuk membuat kaca anti peluru.

        * Penambahan Zat Warna


        Kaca berwarna dihasilkan dengan bercampur dengan sedikit oksida logam peralihan. Misalnya, oksida mangan akan menghasilkan warna ungu, oksida kuprum dan kromium memberikan warna hijau, dan oksida kolbalt memberikan warna biru.
        Selengkapnya...

        Bravo National Team of Indonesia (Timnas Indonesia) !!

        Sunday, January 02, 2011



        Klik untuk Ukuran Asli :


        Selengkapnya...

        Search This Blog

        Google Translate